Pengertian Hipotesis Adalah : Contoh, Jenis, Fungsi dan Cara Membuatnya

Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipotesis, Seperti apa contoh hipotesis, apa jenis dan fungsi hipotesis, dan bagaimana cara membuat hipotesis
Hipotesis Adalah - Saat menyusun sebuah laporan penelitian atau tugas akhir kuliah, sering kita di hadapkan dengan sistematika penulisan laporan tersebut. Dimana, ada beberapa aturan yang harus kita ikuti mulai dari tata bahasa, format, hingga susunan kerangka laporan penelitian.

Dalam laporan penelitian, terdapat beberapa komponen yang harus ada, yaitu judul penlitian, latar belakang yang menggambarkan fenomena masalah, rumusan masalah, penelian terdahulu, teori - teori terkait penelitian, hipotesis, metode , pembahasan, dan kesimpulan. Namun pada kesempatan kali ini kita fokus membahas tentang hipotesis.

Mungkin sering kita dengar istilah hipotesis dalam kehidupan sehari - hari. Namun, istilah hipotesis sendiri mutlak digunakan dalam penulisan laporan penelitian ilmiah. Keberadaannya pun menjadi suatu hal yang diwajibkan adanya (untuk metode analisi kuantitatif). Sebenarnya apa yang dimaksud hipotesis ? seperti apa contoh hipotesis?, apa fungsinya?

Pada kesempatan kali ini penulis akan berusaha untuk menjawab semua pertanyaan diatas dengan menggambarkannya melalui deskripsi singkat dengan harapan dapat memberikan pemahaman kepada para pembaca sekalian. Berikut adalah ulasannya.

Pengertian Hipotesis Adalah


Menurut bahasa, kata "Hipotesis" berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Hypo yang berarti "di bawah"; dan kata thesis yang berarti pendirian, pendapat yang ditegakkan, atau kepastian. Sedangkan secara istilah pengertian hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang perlu di uji kebenarannya.

Sementara hipotesis penelitian adalah kalimat dugaan sementara atas fenomena permasalahan yang dirumuskan berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang perlu pembuktian (di uji) kebenarannya dengan menggunakan analisis - analisis ilmiah.

Dalam sebuah penelitian, hipotesis dapat dikatakan teruji (setelah di analisis) apabila tidak bertentangan dengan hipotesis yang telah disusun oleh penelti. Kemudian, hipotesis yang sudah terbukti kebenarannya dapat disebut sebagai teori. Pengujian hipotesis dilakukan melalui penggunakan metode analisis seperti eksperimen atau percobaan.

Pengertian Hipotesis Menurut Para Ahli

Menurut Singarimbun (1997), hipotesa adalah istilah ilmiah yang umum digunakan dalam dunia penulisan karya ilmiah, dimana dalam penyusunanya harus mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam kehidupan sehari-hari hipotesa ini juga sering disebut sebagai hipotesis, namun tidak ada perbedaan makna di dalamnya, sama - sama dianggap sebagai dugaan sementara.

Menurut Gay & Diehl (1992), hipotesis atau sering juga disebut dengan hipotesia merupakan statement berupa jawa sementara atas suatu masalah yang masih bersifat praduga yang harus dibuktikan kebenaranya melalui penelitian. Sementara hipotesis ilmiah berupaya untuk memberikan dugaan sementara terhadap suatu fenomena permasalahan penelitian.

Hioptesis yang telah disusun dapat dikatakan teruji dengan baik apabila hasilnya tidak bertentangan (masih memiliki hubungan) dengan hipotesis awal. Sebagai upaya menguji hipotesis yang telah disusun, peneliti berhak untuk sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut  eksperimen atau percobaan penelitian. Hasil dari percobaan atau juga disebut Hipotesis yang telah teruji kebenarannya dapat dikatakan sebagai teori (Uma, 1992).

Contoh: Jika siang hari awan berubah menjadi gelap, maka kamu dapat membuat kesimpulan (menduga - duga) berdasarkan pengalaman dan pengetahuanmu, bahwa sebentar lagi akan turun hujan (jika mendung, maka akan hujan). Sesaat kemudian ternyata hujan benar - benar turun deras, maka dugaan terbukti benar. 
Secara ilmiah, dugaanmu ini dapat dinyatakan sebagai hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru dan tidak tidak menjadi permasalahan.

Menurut seorang profesor dari universitas University of Glasgow Skotlandia, Mark Petticrew, dia menjelaskan bahwa Dalam kehidupan sehari - hari saat seseorang berfikir juga dapat disebut sebagai hipotesis, sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, Hipotesis juga berarti sebuah statemen atau anggapan yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta terdapat hubungan tertentu. Anggapan tersebutlah yang kemudian akan membentuk suatu proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian.

Proses pembentukan hipotesis juga dapat disebut sebagai sebuah proses penalaran suatu fakta, dan harus melalui tahap-tahap tertentu. Hal ini sama hal ya dalam pembuatan hipotesis ilmiah, dimana dalam penalaranya harus dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah (Muri, 2007). Lalu kemudian, dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe statement yang langsung dapat diuji melalui proses penelitian (Sanapiah, 2008).

Fungsi Hipotesis Penelitian


Sebagai elemen penting dalam penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, tentunya terdapat fungsi-fungsi hipotesis yang mendasari asalan penggunaanya dalam sebuah peneleti.

Fungsi utama hipotesis penelitian yaitu sebagai pedoman yang dapat menunjukkan arah kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Namun, lain dari pada itu, terdapat beberapa fungsi lain yang juga harus kita ketahui, adalah sebagai berikut:

  1. Untuk Mengui Teori Terdahulu yang Sudah ada
  2. Mendorong Munculnya Teori Baru
  3. Menggambarkan Fenomena Permasalahan yang Berkembang
  4. Untuk Mengui Teori Terdahulu yang Sudah ada
  5. Mendorong Munculnya Teori Baru
  6. Pedoman dalam Penyusun­an Desain Ar Penelitian
  7. Menentuka Kriteria dalam Penyusunan Instrumen Penelitian
  8. Menetapkan Indikator dan Variabell yang Diukur
  9. Menentukan Teknik Analisis Data Penelitian
  10. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.


Jenis - Jenis Hipotesis Penelitian


Pada umumnya, hipotesis hanya terbagi menjadi dua macam, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Dimana perbedaan dari kedua jenis tersebut terleak pada bentuk pengujiannya. Pengujian hipotesis penlitian lebih fokus terhadap apakah dugaan (hipotesis) yang dibuat benar terjadi pada sampel yang diteliti ataukah tidak. Jika benar dan terbukti terjadi pada sampel, maka hipotesis penelitian terbukti dan dapat dijadikan sebagai teori.

Sedangkan pengujian hipotesis statistik lebih fokus terhadap apakah hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel tersebut dapat menggambarkan populasi secara keseluruhan ataukah tidak. Namun sebenarnya keduanya hipotesis tersebut memiliki hubungan. Hal tersebut dikarenakan hipotesis statistik merupakan penjabaran dari hipotesis penelitian.

Kemudian hipotesis statistik dapat lebih di spesifikkan lagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan sudut pandang dalam penggunaan serta mempelajarinya. Jika di tinjau dari segi rumusan nya, maka hipotesis dibedakan menjadi dua yaitu :yaitu hipotesis nol (h0) dan hipotesis alternatif (h1) :


1. Hipotesis Nol

Hipotesis nol (h0) adalah sebuah hipotesis yang bersifat negatif, dimana hipotesis ini berusaha untuk menyatakan tidak adanya hubungan (atau sejenisnya seperti perbedaan, interaksi, pengaruh, dll) antara suatu variabel penelitian dengan variabel penlelitian yang lainnya.

Keberadaan hipotesis nol di harapkan untuk di tolak (tidak diterima). atau dengan kata lain, hipotesis ini diformulasikan untuk ditolak dan tidak di benarkan.

Sehingga rumusan hipotesis nol yaitu:
  • Tidak ada perbedaan antara…dengan…dalam
  • Tidak ada pengaruh…terhadap

2. Hipotesis Alternatif 

Hipotesis alternatif (ha) juga sering disebut sebagai hipotersis kerja (h1), merupakan kebalikan dari hipotesis no. Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang bersifat positif, dimana hipotesis ini berusaha untuk menyakatakn adanya suatu hubungan (atau sejenisnya seperti perbedaan, interaksi, pengaruh, dll) antara suatu variabel penelitian dengan variabel penlelitian yang lainnya.

Keberadaan hipotesis nol di harapkan untuk di terima (tidak ditolak) setelah dilakukannya pengujian. atau dengan kata lain, hipotesis ini diformulasikan untuk diterima dan berharap untuk dibenarkan. Rumusan hipotesis alternatif (Ha) yaitu:
  • Ada perbedaan antara…dan…dalam…(hipotesis tidak terarah)
  • …lebih baik dari…(hipotesis terarah)
  • Ada pengaruh…terhadap…
  • Jika…maka

Berdasarkan proses dalam menyusunnya (proses pedekatannya), hipotesis penelitian di bedakan juga menjadi dua, yaitu hipotesis deduktif dan hipotesis induktif:

3. Hipotesis Deduktif

Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang dihasilkan melalui pendekatan - pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik suatu dugaan atau kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Hipotesis deduktif sering digambarkan sebagai metode menyusun hipotesisn (pendekatan hipotesis) dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus (going from the general to the specific).

Pada dasarnya dapat kita fahami bahwa hipotesis lahir dari adanya sebuah teori, kemudian hipotesis tersebut diuji dengan dengan melakukan beberapa observasi (penelitian). Hasil penelitian tersebut lah kemudian digunakan untuk mengkonfirmasi teori awal yang semula dipakai untuk menghasilkan hipotesis dalam penelitian tersebut. Tahapan observasi yang demikian biasa disebut pendekatan ‘dari atas ke bawah’.

4. Hipotesis Induktif

Hipotesis induktif adalah hipotesis yang dihasilkan melalui pendekatan yang menekanan pada pengamatan terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan (pendugaan) berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Metode yang demikian ini juga sering disebut sebagai pendekatan penentuan hipotesis atau kesimpulan dari khusus menjadi umum (going from specific to the general).

Singkatnya, hipotesis induktif adalah pendekatan yang dilakukan untuk membangun hipotesis berdasarkan hasil pengamatan lapang atau observasi. Pengamatan lapang yang dilakukan secara berulang akan membentuk pola tertentu yang kemudian pola tersebut melahirkan hipotesis sementara atau hipotesis tentatif.  Pendekatan yang demianlah sering disebut sebagai pendekatan ’dari bawah ke atas’.

Macam - Macam Hipotesis


Berdasarkan hubungan antara setiap variabel yang akan diuji dalam sebuah penelitia, terdapat tiga macam hipotesis, yaitu hipotesis deksriptif, komparatif, dan asosiatif. Ketiga jenis hipotesis tersebut dibedakan berdasarkan tingkat eksplanasi antar variabelnya. berikut adalah perbedaan lengkapnya.

1. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yang berkaitan dengan variabel tunggal, mandiri atau jumlahnya hannya satu. Sedangkan variabel mandiri disebut sebagai variabel yang tidak memiliki hubungan atau perbandingan dengan variabel lainnya. Oleh karena itu, variabel mandiri juga disebut sebagai variabel deskriptif yang mengharuskan menggunakan hipotesis deskriptif dalam penelitian kuantitatif.

Contoh Hipotesis Deskriptif seperti: misalnya ada seorang mahasiswa yang sedang meneliti sebuah merek saus tomat A yang beredar di pasar mengandung bahan kimia berbahaya ataukah tidak. Maka peneliti yang notabennya adalah mahasiswa tersebut menyususn sebuah rumusan masalah yang berbunyi : Apakah saus tomat merek A yang beredar di pasar mengandung bahan kimia berbahaya ?

Dalam rumusan masalah yangtelah di buat tersebut tampak bahwa variabel penelitian yang digunakan adalah variabel tunggal (mandiri), yaitu variabel saus tomat merek A. Berdasarkan variabel dalam rumusan masalah tersebut, maka hipotesis yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk menduga adalah hipotesis deskriptif.

Kemudian, terdapat dua pilihan yang dapat digunakan oleh mahasiswa tersebut yang sesuai dengan konsep teori yang digunakan (didasarkan pada teori dan penelitian terdahulu), yaitu :
  • h0 : Saus tomat A yang yang beredar di pasaran mengandung bahan kimia berbahaya
  • h1 : Saus tomat A yang yang beredar di pasaran tidak mengandung bahan kimia berbahaya

2. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif adalah dugaan sementara untuk permasalahan yang bersifat komparasi atau membandingkan antara dua variabel atau lebih. Artinya, tidak hanya ada satu variabel dalam masalah penelitian tersebut. Oleh karena itu diperlukan hipotesis komparasi untuk pendugaan dalam penleitian tersebut.

Contoh hipotesis komaratif adalah sebagai berikut : Seorang mahasiswa pertanian ingin mengetahui adanya perbedaan antara hasil panen padi saat petani menggunakan pupuk A dan saat petani menggunakan pupuk B. Berdasrkan tujuan tersebut maka mahasiswa menyusun rumusan masalah seperti berikut : Apakah penggunaan keduanya pupuk tersebut (A dan B) mempunyai tingkat hasil panen yang sama atau berbeda.

Selanjutnya, dalam menyelesaikan permasalahan diatas diperlukan hipotesis komparatif atau perbandingan. Hal tersebut dikarenakan dalam penelitian tersebut terdapat perbandingan antara dua variabel yaitu hasil panen padi saat menggunakan pupuk A dan hasil panen padi saat menggunakan pupuk B

Kemudian, terdapat dua pilihan yang dapat digunakan oleh mahasiswa tersebut yang sesuai dengan konsep teori yang digunakan (didasarkan pada teori dan penelitian terdahulu), yaitu :
  • h0 : Hasil panen padi saat menggunakan pupuk A tidak berbeda Hasil panen padi saat menggunakan pupuk B
  • h1 : Hasil panen padi saat menggunakan pupuk A berbeda dengan Hasil panen padi saat menggunakan pupuk B

3. Hipotesis Asosiatif

Hipotesis Asosiatif adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang bersifat menanyakan hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih. Hampir sama dengan hipotesis komparatif, terdapat lebih dari satu variabel dalam penelitian. Namun, hipotesis ini hanya bertujuan untuk mengetahui hubungan atau bahkan pengaruh antar variabel satu dengan variabel lainnya.

Contoh Hipotesis Asosiatif adalah sebagai berikut : Seorang mahasiswa sedang melaksanakan penelitian, dia berusaha untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keparahan infeksi virus corona. Kemudian mahasiswa tersebut menyusun sebuah rumusan masalah sebagai berikut: Faktor - faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingkat keparahan infeksi virus corona ?

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti yang notabennya juga seorang mahasiswa berusaha untuk mengumpulkan informasi, teori, dan fakta untuk menyusun sebuah hipotesis (pendugaan).
Peneliti memperoleh beberapa teori dan data di lapang yang menginformasikan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan infeksi virus corona meliputi usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya

Dalam menyusun sebuah pendugaan (hipotesis) dalam penelitian tersebut, diperlukan hipotesis yang berfungsi untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih, tepatnya adalah hipotesis asosiatif. Kemudian terdapat dua opsi yang dapat dibuat oleh peneliti tersebut sesuai dengan konsep teori dan fakta di lapang, yaitu:
  • h0 :  Faktor usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat keparahan infeksi virus corona.
  • h1 : Faktor usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat keparahan infeksi virus corona.

Ciri - Ciri Hipotesis Penelitian yang Baik


Hipotesis penelitian dapat dikatakan sebagai hipotesis yang baik apabil di rumuskan dengan benar. Hipotesis yang buruk akan mengakibatkan hasil penelitian menjadi kabur, alias tidak jelas. Walaupun hipotesis tersebut sudah memenuhi syarat proporsional, namun jika hipotesis tersebut masih abstrak, jelas akan membingungkan prosedur arah penelitian dan sukra untuk di uji.

Oleh karena itu, hipotesis harus di sususn secara baik dan benar, setidaknya harus memenuhi beberapa syarat kriteria di bawah ini:

1. Hipotesis di Dasarkan pada Teori dan Fakta

Hipotesis merupakan turunan dari teori dan fakta yang di sususn untuk menggambarkan permasalahan terkait. Oleh karena itu, hipotesis di anggap sebagai dugaan sementara atau suatu fenomena permasalahan di lapangan yang di susun searah dengan tujuan penelitian dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi.

2. Hipotesis Harus dinyatakan Secara Jelas

Memiliki salah satu fungsi sebagai pedoman penelitian, hipotesis harulah dinyatakan dengan jelas dengan menggunakan tata bahasa yang singkat, padat, benar dan di nyatakan secara operasional. Dengan begitu, hipotesis akan mudah difahami dan mudah untuk di uji.

Dalam aturan uji hipotesis, menyatakan bahwa hipotesis harus dapat mendefinisikan secara operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti baik itu variabel independen maupun variabel dependen. Dengan begitu, akan memudahkan peneliti dalam menentukan metode analisi yang akan digunakan untuk menguji hipotesis.

3. Hipotesis Menyatakan Variasi Nilai 

Syarat ketigam hipotesis harus dapat menyatakan variasi nilai. Artinya hipotesis tersebut secara empiris harus dapat diukur secara empiris. Selain itu, hipotesis juga harus dapat memberikan gambaran mengenai fenomena permasalan yang sedang di kaji oleh peneliti.

Misalnya hipotesis deskriptif, hipotesis tersebut haruslah secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya permasalahan lapang. Kemudian hal - hal tersebut dinyatakan kedalam bentuk nilai-nilai yang mempunyai makna agar dapat di uji.

4. Hipotesis Harus Bebas Nilai

Sebagai suatu dugaan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya oleh peneliti. Hipotesis harus memiliki nilai yang bebas. Maksudnya adalah nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak terbatas oleh suat tempat dan kepentingan di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis. Dengan begitu, hipotesis yang dihasilkan akan dapat merepresentasikan apa yang ada akan diteliti.

5. Hipotesis Harus Dapat Diuji

Syarat terpenting dan paling utama adalah hipotesis harus dapat di uji. Artinya, hipotesis yang disusun oleh penelitian harus dapat di ukur dan di analisis menggunakan alat analisis (dalam penelitian kuantitatif). Oleh karena itu, diperlukan adanya instrumen untuk memberikan batasan - batasan penilaian dalam penelitian melalui penggambaran ukuran yang valid dari variabel yang diliputi.

Apabila terjadi eror dalam pengujian hipotesis, maka diperlukan adanya kembali. Evaluasi hipotesis tergantung pada eksistensi metode - metode yang digunakan untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi. Dengan begitu, hipotesis yang dihasilkan akan menjadi hipotesis yang baik.

6. Hipotesis Harus Spesifik

Syarat keenam dan juga harus ada pada sebuah hipotesis penelitian adalah hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Artinya tidak ada kerancuan dalam hipotesis yang mengakibatkannya sulit untuk di uji. Hipotesis yang disusun harus spesifik menunjukkan kenyataan dan yang sebenar-benarnya.

Hipotesis juga harus menggambarkan hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah, apakah hubungan positif ataukah negatif, itu perlu dijelaskan dalam hipotesis. Selain hubungan dua arah, hipotesis juga harus dapat menggambarkan hubungan lain seperti hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas.

Berkaitan dengan hal itu, teori dalam penelitian menjadi hal penting yang mendasari dalam pembentukan hipotesis. Hal tersebut dikarenakan dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan dalam penelitian.

7. Hipotesis Menyatakan Perbedaan atau Hubungan Variabel

Terkhiar adalah hipotesis harus menunjukkan perbedaan atau hubungan. Dimana, suatu hipotesis dianggap baik dan memuaskan apabila terdapat salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit. Sehingga arah tujuan penelitian akan semakin jelas.


Cara Membuat Hipotesis Penelitian


Cara menyusun hipotesis atau tahapan penyusunan hipotesis pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Masalah Penelitian

Masalah diartikan sebagai kesenjangan antara fakta dengan harapan. Dalam dunia penlitian, harapan adalah teori - teori yang sudah ada yang pernah ditemukan oleh peneliti terdahulu. Untuk mengetahui adanya sebuah kesenjangan (masalah), maka peneliti harus membandingkan antara kondisi terkini (sesuai topik penelitian) dengan harapan atau teori-teori yang sudah ada.

Dalam menentukan dan merumuskan sebuah masalah penlitian, peneliti haruslah kaya akan fakta informasi dan teori - teori terkait dengan fakta tersebut. Kemudian peneliti dapat membandingkan antara keduanya, apakah terdapat perbedaan atau tidak, jika tidak ada perbedaan atau sesuai harapan maka tidak ada masalah, jika ada perbedaan (baik itu positif atau negatif) maka ada permasalahan yang unik untuk diteliti.

2. Mengumpulkan Teori Penelitian

Sudah seharusnya teori penlitian disusun sebelum perumusan hipotesis. Teori akan menjadi alasan dasar mengapa peneliti menentukan sebuah hipotesis. Teori apa saja yang diperlukan ? tentunya adalah teori yang memiliki keterkaitan langsung dengan topik permasalahan penelitian.

Teori yang digunakan seharunya dapat mendasari alasan mengapa peneliti menggunakan variabel X (misalanya), peneliti memutuskan adanya hubungan positif antara variabel X dan Z (misalnya), peneliti memutuskan analisis A untuk menguji hipotesis (misalnya), dan lain sebagainya. Semua alasan mendasar peneliti dalam membuat keputusan harus didasarkan pada teori.

3. Menyusun Kerangka Penelitan

Kerangka penelitian merupakan kumpulan konsep yang tersusun secara sitematis. Konsep tersebut tentang inti pemasalahan penelitian, variabel apa saja yang ada dalam penelitian, bagaimana hubungan antara variabel, teori apa saja yang digunakan, metode analisis seperti apa yang akan digunakan, solusi seperti apa yang akan di tawarkan dari hasil penelitian.

Dengan memanfaatkan kerangka penelitian tersebut, peneliti akan mudah untuk memahami setiap detail dalam penelitian mulai dari setiap komponen apa saja dalam penelitian, hubungannya, analisisnya, dan seterusnya. Melalui kerangka penelitian peneliti juga dapat menyusun dugaan sementara (hipotesis) dengan cepat karena semua hal dalam penelitian dengan mudah di fahami dalam kerangka tersebut.

4. Menyusun Formulasi Hipotesis

Setelah memahmi konsep dalam penelitian, peneliti seharusnya sudah dapat menentukan jenis hipotesis seperti apa yang akan digukanan (deskriptif, asosiatif, atau komparatif). Karena dengan begitu peniliti akan dengan mudah membuat formilasi hipotesis.

Peneliti diharuskan untuk konsisten dalam menyusun hipotesis. Jumlah hipotesis penlitian ditentukan oleh banyaknya rumusan masalah yang telah dibuatnya. Tidak hanya hipotesis, namun semua komponen dalam laporan penelitian (teori, hipotesis, metode analisis data, pembahasan, dan kesimpulan) jumlahnya harus sama dengan rumusan masalah.

5. Menguji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini diartikan sebagai kegiatan mencocokkan hipotesis yang telah dibuat oleh peneliti dengan dengan keadaan yang dapat diamati. Aktifitas yang demikian dalam dunia penelitian disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesis terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. dan apabila sebaliknya, maka diperlukan pembenaran kembali.

Demikian ulasan artikel saya terkait dengan hipotesis. Membuat artikel ini cukup membutuhkan waktu yang lama, tapi semoga bermanfaat untuk kalian semua. Mohon maaf bila ada salah dan terima kasih telah berkunjung.

Posting Komentar