Niat Mandi Idul Adha dan Tutorial Cara Mandinya Lengkap

Masih bingung bagaimana niat mandi Idul Adha? Yuk, simak pembahasan terkait teks niat dan cara mandi saat Idul Adha berikut.

Sebelum pergi ke masjid, mushola, alun-alun, atau sholat di rumah (saat covid-19), penting untuk mengetahui niat Anda mandi di Idul Adha guna mendapatkan sunnah. Namun begitu, Anda juga perlu tahu niat mandi Idul Adha yang benar.

Selain itu terdapat juga cara untuk mandi sunnah saat pagi menjelang sholat id. Tutorial dan cara-caranya juga akan diterangkan dalam artikel ini. Sebab itu, silakan baca informasi di bawah hingga selesai, ya!

Niat Mandi Idul Adha

Mandi di Idul Adha adalah bagian dari Sunnah Nabi, menghilangkan najis dan kotoran dari tubuh dan mensucikannya. Mandi di hari raya Idul Adha ini umumnya sama dengan mandi besar seperti biasa. Yang membedakan hanyalah niatnya.

Berikut niat mandi di hari raya Idul Adha:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِيَوْمِ عِيْدِ الْاَضْحَى سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى

Nawaitul ghusla liyaumi 'iidil Adha sumbatan Lillahi Ta'aalaa.

Artinya: Karena Allah Yang Maha Tinggi, saya akan mandi Idul Adha sebagai Sunnah.

Bagi sebagian pandangan, mereka tidak mengucapkan niat Idul Adha seperti yang tersebut di atas. Cukup dalam hati dengan meniatkan untuk mandi besar Idul Adha karena Allah. Namun bagi beberapa orang yang terbiasa mengucapkan niat, bisa mengikuti teks di atas.

Kami juga telah memberikan teks niat mandi Idul Adha latin jika Anda tidak dapat membaca teks Arab-nya. Namun perhatikan cara membaca teks huruf latin tersebut. Karena dalam bahasa Arab berbeda dengan bahasa Indonesia, khususnya dalam bacaan pendek dan panjangnya.

Baca juga: Taqabbalallahu Minna Wa Minkum : Tulisan Arab, Artinya, dan Jawaban yang Benar

Sunnah Mandi di Hari Raya Idul Adha

Mandi sebelum pergi ke tempat shalat Idul Fitri atau ke tempat Idul Adha adalah sunnah. Asalnya adalah dari keluarga Abdullah bin Omar.

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى

Abdullah Ibnu Umar ibnu Khattab, semoga Allah meridhoinya, ia mandi pada hari Idul Fitri lalu berangkat shalat.

Dasar pemikiran ini tidak langsung dari Nabi Muhammad, tetapi dari amalan para sahabat Nabi. Namun Imam al-Nawawi berkomentar bahwa contoh dari keluarga di atas adalah sah, sebagaimana tercantum dalam Al Majumu, biografi Al Muhazab.

Hadits, yang menyatakan bahwa Nabi, mandi pada dua hari raya, bagi beberapa ulama mengatakan itu adalah hadits yang lemah. Sehingga hadits ini tidak dapat dijadikan dalil. Namun atsar dari sahabat di atas cukup untuk menjadi contoh bagi kita dalam perkara ini.

Tata Cara Mandi Idul Adha

Mandi di hari raya Idul Adha pada umumnya seperti mandi besar biasanya, namun yang membedakan hanyalah niat membacanya. Niat dan tata cara mandi Idul Adha yang sebaiknya anda amalkan adalah sebagai berikut:

  1. Membaca niat mandi Idul Adha ketika hendak menyemprotkan air pada bagian tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki.
  2. Masukkan jari-jari Anda ke dalam air dan cuci telapak tangan.
  3. Pembersihan alat kelamin
  4. Bersuci atau berwudhu’ seperti pada biasanya
  5. Gosok kulit kepala dengan jari dan semprotkan / siramkan air 3 kali dari kepala hingga kaki.
  6. Mulai dari sisi kanan, usap anggota badan yaitu tangan dan kaki.
  7. Pastikan semua bagian tubuh Anda basah.

Mengenal Idul Adha Lebih Jauh

Setelah kita mengetahui niat mandi Idul Adha, ada baiknya kita juga mengenal lebih jauh terkait hari raya ini. Idul Adha adalah hari raya Islam. Hari ini menunjukkan memori pengorbanan seorang ayah. 

Ketika Nabi Ibrahim rela mengorbankan putranya Ismail sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Namun sebelum Ibrahim mengorbankan putranya, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba. Nah untuk merayakan acara ini, maka kita disunnahkan untuk sembelih sapi, kambing atau sejenisnya setiap tahun sebagai kurban.

Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzul-Hijjah, atau 70 hari setelah hari raya. Hari ini, bersamaan dengan hari Tasyrik, ada hari di mana umat Islam dilarang berpuasa. Pada Hari Raya Idul Fitri, umat Islam berkumpul di pagi hari untuk shalat Idul Fitri bersama di lapangan.

Setelah salat, kurban disembelih. Sepertiga dari daging hewan tersebut dikonsumsi oleh keluarga yang melakukan korban dan sisanya disumbangkan atau dibagikan kepada orang lain. Hari raya juga dikenal dengan nama Lebaran Haji atau Lebaran Kurban.

Latar Belakang dan Sejarah Idul Adha

Salah satu kesulitan besar dalam hidup Nabi Ibrahim adalah menerima perintah Rabb untuk mengorbankan anak yang dicintainya. Nabi Ibrahim menerima perintah ini melalui mimpi yang berulang-ulang. Dia tahu ini adalah perintah dari Rabb.

Kemudian dia pun berbicara kepada putranya seperti yang diterangkan di dalam Al-Quran.

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; in syaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” - Ash-Shaffat [37]: 102

Selama masa persiapan, setan menggoda Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam upaya untuk mencegah mereka menjalankan perintah Allah. Kemudian Ibrahim menjauhkan setan dengan melemparkan kerikil ke arahnya.

Untuk memperingati mereka yang melempar setan dengan batu kerikil, maka batu dilemparkan ke Lontar Jumrah selama ziarah Mekah. Saat melakukan pembantaian, pisau Ibrahim tidak mampu melukai Ismail. Kemudian Allah mengganti Ismail dengan hewan sembelihan.

Baca juga: Niat dan Tata Cara Sholat Jamak Qashar : Dhuhur - Ashar, Maghrib - Isya

Penetapan Hari Raya Idul Adha

Hari raya Idul Adha 2022 diadakan saat ibadah haji sedang berlangsung. Puncak dari ibadah haji terjadi saat jamaah wukuf di Arafah. Ini dimulai pada tanggal 9 Dzul-Hijjah dan berlanjut hingga fajar tanggal 10 Dzul-Hijjah.

Dalam hadits yang diucapkan oleh Hussain bin al Harris al Jadali, dalam khotbahnya, mengatakan:

“Rasulullah SAW. telah berpesan kepada kami agar kami menunaikan ibadah haji berdasarkan Hisab dan rukyat (hilal Zulhijah). Jika kami tidak bisa menyaksikannya, kemudian ada dua saksi adil (yang menyaksikannya), maka kami harus mengerjakan manasik berdasarkan kesaksian mereka.”

- HR. al-Baihaqi, Abu Dawud dan ad-Daruquthni. Ad-Daruquthni memberikan komentar, “Hadis ini pada isnadnya bersambung dan memiliki derajat sahih.”

Hadits tersebut terlebih dahulu menjelaskan bahwa pelaksanaan haji Mekah harus didasarkan pada hasil penglihatan rukyat 1 Dzul-Hijjah sehingga dapat ditentukan waktu Idul Adha. Atau, jika tidak bisa melihat rukyat, maka penentuan bisa dilakukan jika ada dua orang saksi yang melihatnya.

Idul Adha Secara Kalender Masehi

Dalam penanggalan Islam, penentuan hari Idul Adha adalah sama setiap tahunnya. Hal yang berbeda dalam penanggalan Masehi dan selalu berubah dari tahun ke tahun. Dalam kalender Islam, hari ditentukan oleh fase bulan (kalender lunar), sedangkan kalender Gregorian didasarkan pada fase bumi mengelilingi matahari (kalender matahari).

Karena perbedaan ini, Idul Adha terus berubah dalam kalender Gregorian. Kalender Gregorian berubah 11 hari pada setiap tahun lebih awal. Tentu saja, kita tidak dapat menentukan hari Idul Adha dengan menggunakan kalender Masehi.

Penutup

Niat mandi Idul Adha bisa Anda hafalkan sesuai dengan teks yang telah disampaikan di atas. Walaupun demikian, lafal niat tersebut hanya untuk membantu memperkuat niat. Jika tidak dilafalkan pun mandi Idul Adha tetap sah.


Posting Komentar