Bacaan Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha Lengkap Arab, Latin, dan Artinya

Berikut ialah Bacaan Takbiran Lengkap Arab, Latin, dan Artinya. Saat menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, semua umat muslim berlomba-lomba mengumandang

Saat menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, semua umat muslim berlomba-lomba mengumandangkan bacaan takbiran. Bahkan, banyak yang melakukannya dengan berkeliling jalan kaki, naik kendaraan, dan sebagainya. Ternyata membaca takbir menjelang hari raya memiliki banyak keutamaan.

Jika selama ini hanya menjadi pendengar setia takbiran, cobalah untuk menghafalkan dan memahami bacaan takbiran agar nanti bisa ikut mengumandangkannya. Bagaimana bunyi takbir dan apa artinya? Simak bacaan lengkap takbiran Idul Fitri dan Idul Adha di bawah ini.

Bacaan Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha

Bacaan takbir pada saat Idul Fitri dan Idul Adha memiliki beberapa perbedaan terkait waktu pengumandangannya. Namun, untuk bacaan takbirnya sama saja. Ada dua versi bacaan yang biasa dikumandangkan, yaitu pendek dan panjang. Berikut isi bacaannya dalam bahasa Arab, latin, dan artinya.

1. Bacaan Takbiran Versi Pendek

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Bacaan latin: Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Segala puji bagi-Nya.

2. Bacaan Takbiran Versi Panjang (Zikir Pelengkap)

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ

Bacaan latin: Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na‘budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.

Artinya: Allah Maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memporak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar.

Perbedaan Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha

Bacaan takbir Idul Fitri dan Idul Adha memang sama, tapi terdapat perbedaan jenis dan waktu mengumandangkannya. Syekh Abu Abdillah Muhammad ibn Qasim as-Syafi'i menjelaskan ada dua jenis takbiran yang dikumandangkan saat hari besar ('Id), yaitu takbir mursal dan takbir muqayyad.

1. Takbir Mursal (Takbir Idul Fitri dan Idul Adha)

Takbir mursal adalah jenis takbir yang waktu mengumandangkannya tidak mengacu pada waktu sholat. Artinya, pembacaan takbir tersebut tidak harus dilakukan setiap selesai menjalankan sholat. Takbir mursal sunnah dikumandangkan setiap waktu, dimanapun dan dalam keadaan apapun.

Setiap laki-laki atau perempuan dianjurkan membaca takbir mursal, baik saat berada di rumah, di kantor, di masjid, atau sedang bepergian. Waktu mengumandangkan takbir mursal yaitu saat mulai terbenamnya matahari malam 'Id sampai imam mendirikan takbiratul ihram saat shalat 'Id.

Baik takbir Idul Fitri maupun Idul Adha sebenarnya termasuk takbir mursal. Takbir mursal Idul Fitri dapat dikumandangkan sejak malam 1 Syawal sampai imam sholat Id sudah mengucap takbiratul ihram. Sementara takbir mursal Idul Adha bisa dilaksanakan pada malam 10 Dzulhijjah.

2. Takbir Muqayyad (Takbir Idul Adha)

Takbir muqayyad adalah jenis takbir yang mempunyai waktu khusus dalam mengumandangkannya, terutama saat mengiringi shalat. Takbir ini juga dibaca setelah muslim menyelesaikan sholat, baik itu sholat fardhu atau sunnah.

Waktu mengumandangkan takbir muqayyad yaitu setelah melaksanakan sholat Shubuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah). Batas akhirnya yaitu sampai waktu Ashar terakhir pada hari Tasyrik (13 Dzulhijjah). Yang masuk dalam jenis takbir ini hanyalah takbir Idul Adha.

Takbir muqayyad pada hari raya Idul Adha bisa dikumandangkan mulai hari Arafah (9 Dzulhijjah) serta pada saat hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah). Takbir Idul Adha juga bisa didengungkan setiap selesai shalat wajib selama hari tasyrik (11,12, 13 Dzulhijjah).

Keutamaan Mengumandangkan Takbiran Saat Idul Fitri dan Idul Adha

Mengapa muslim perlu mengumandangkan takbir saat malam Idul Fitri dan Idul Adha? Sebagian orang mungkin menganggapnya sebagai acara seremonial belaka, yaitu menyambut salah satu hari besar Islam yang membawa banyak kemuliaan. Jadi perlu dikumandangkan takbir mengagungkan Allah.

Ternyata mengumandangkan takbir saat Idul Fitri dan Idul Adha memiliki banyak keutamaan. Mulai dari menghidupkan hari raya, sebagai bentuk rasa syukur, meningkatkan keimanan, menyebarkan ajaran Islam, hingga menumbuhkan tali persaudaraan. Berikut penjelasannya.

1. Sebagai Bentuk Menghidupkan Hari Raya

Saat memasuki hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, ada banyak amalan sunnah yang dapat dilakukan umat muslim untuk menghidupkan hari raya. Mulai dari menjalankan sholat Isya' dan Subuh berjamaah, membaca Al-Qur'an, berdzikir, bersholawat, serta memperbanyak takbir.

Dari amalan membaca takbir itulah yang kemudian ditradisikan menjadi kegiatan takbiran atau mengumandangkan takbir secara serentak. Ada yang mengumandangkan takbir di masjid, mushola, tempat kajian, hingga menyelenggarakan takbir keliling di jalan raya.

Mengumandangkan takbir untuk menghidupan hari raya ini bukan sekadar analisa utopis. Euforia perayaan hari besar dengan takbiran dan tanpa takbiran pasti terlihat jelas bedanya. Bahkan, Rasulullah juga menganjurkan umat muslim melafalkan bacaan takbir ini sebagaimana hadis berikut.

من أحْيَا لَيلَةَ الْعِيد، أَحْيَا اللهُ قَلْبَهُ يَوْمَ تَمُوْت القُلُوبُ

Artinya: Barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya, Allah akan menghidupkan hatinya di saat hati-hati orang sedang mengalami kematian. (Lihat: Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri, [Thaha Putra], halaman: 227).

Baca juga:

2. Sebagai Bentuk Menghidupkan Hari Raya

Allah juga menganjurkan umat muslim untuk melafalkan takbir mengagungkan nama-Nya sebagai bentuk rasa syukur pada Allah atas segala karunia-Nya. Manusia hidup di dunia berlimpah rahmat dan segala kenikmatan, sumbernya hanya satu, yaitu dari Allah Yang Maha Besar dan Berkuasa.

Anjuran untuk mengumandangkan takbir ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al Hajj ayat 28. Dalam ayat ini, Allah meminta seluruh umat-Nya agar senantiasa berdzikir menyebut nama-Nya. Berikut dalil dan terjemahannya.

لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ

Artinya: Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah (berdzikir) pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.

3. Meningkatkan Keimanan pada Allah

Salah satu makna tersirat dalam bacaan takbir yaitu mengagungkan nama Allah sebagai Dzat yang Maha Besar dan Maha Berkuasa. Tiada kekuatan lain selain Allah yang menciptakan bumi seisi-Nya. Bahkan, dalam versi takbir panjangnya, terdapat juga puji-pujian betapa banyak kemuliaan Allah.

Dari bacaan takbir tersebut, muslim dapat memahami keesaan dan kekuasaan Allah secara lebih mendalam. Dengan begitu, muslim dapat termotivasi untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah. Mulai dari mengerjakan setiap kewajiban dan menjauhi larangan-Nya.

Mengisi waktu malam hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha dengan memperbanyak takbir juga termasuk kegiatan positif dan bermanfaat. Seorang muslim dapat terhindar dari kegiatan tak bermanfaat yang hanya akan merugikan dirinya sendiri, seperti begadang, konvoi, atau menghambur-hamburkan uang.

4. Menyebarkan Nilai-Nilai Kebaikan Islam

Mengumandangkan takbir saat Idul Fitri dan Idul Adha juga termasuk salah satu media untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan Islam. Ketika umat muslim melantunkan bacaan takbir dengan begitu khusyu' dan merdu, setiap orang yang mendengarnya pasti terenyuh.

Begitu pula saat melaksanakan takbir keliling. Ketika muslim melakukannya dengan tertib tanpa menyalahi aturan, maka di situ menunjukkan bagaimana perilaku seorang muslim yang patut menjadi teladan. Baik muslim maupun non muslim pun bisa menjadikannya sebagai contoh keseharian.

5. Menumbuhkan Perdamaian dan Tali Persaudaraan

Selain menebarkan nilai-nilai kebaikan Islam, mengumandangkan takbir Idul Fitri dan Idul Adha juga bisa menumbuhkan tali persaudaraan sesama muslim. Saat sesama muslim berkumpul untuk takbiran bersama, dari sana hubungan pertemanan dan persaudaraan mereka pun bisa terjalin.

Dari hubungan dan solidaritas yang baik ini, pada akhirnya dapat menumbuhkan perdamaian yang menentramkan hidup sehari-hari. Bahkan, takbiran juga bisa mendorong setiap orang untuk saling menghargai dan menjunjung toleransi, sehingga lahirlah perdamaian dalam keberagaman.

Seorang muslim perlu memahami bacaan takbiran yang benar saat perayaan Idul Fitri dan Idul Adha. Baik itu dari segi bacaan maupun waktu mengumandangkannya. Pastikan mengamalkan takbiran berdasarkan ilmu, bukan semata seremonial atau asal-asalan.

Hal ini berkaitan dengan banyaknya keutamaan membaca takbir, terutama saat malam Idul Fitri dan Idul Adha. Mulai dari meningkatkan keimanan pada Allah, hingga turut menyemarakkan hari besar Islam. Pastikan Anda mengamalkannya dengan baik agar manfaatnya kembali pada Anda sendiri.

Posting Komentar