Saktah Adalah: Pengertian dan Bagaimana Contohnya?

Bagi pembaca Al-Qur’an, bisa menemukan tanda saktah dengan tulisan Arab (سكتة ) atau tercantum dengan huruf sin (ﺱ). Apa itu saktah? Saktah adalah

Bagi pembaca Al-Qur’an, bisa menemukan tanda saktah dengan tulisan tulisan Arab (سكتة ) atau tercantum dengan huruf sin saja (ﺱ). Apa itu saktah? Saktah adalah waqaf yang mengharuskan pembaca berhenti sejenak tanpa bernapas sebelum melanjutkan pada lafadz berikutnya. 

Jangan sampai salah, ada waqaf dan ada waqaf saktah. Maksud artikel ini adalah waqaf, yang merupakan tanda penghentian dalam Al-Qur’an. Membaca Al-qur’an perlu mengenal waqaf termasuk saktah agar setiap lafadz terucap dengan benar dan baik. Berikut penjelasan lengkap terkait waqaf, khususnya saktah.

Pengertian Saktah Adalah?

Ada dua pengertian saktah, yaitu secara istilah dan secara bahasa. Saktah menurut istilah adalah menahan suara pada kalimat tanpa bernapas dan berniat melanjutkan bacaan selanjutnya. Sedangkan menurut bahasa, saktah adalah al-man’u yang berarti menahan. 

Bagaimana cara membaca ketika ada saktah? Ketika ada tanda saktah, diam sejenak dengan tahan suara sekitar satu alif atau dua harakat, tanpa mengambil nafas, serta niat melanjutkan bacaan. Pembacaan saktah ada beberapa kondisi yang membedakan. Misal, saktah di tengah atau akhir ayat. 

Contoh Bacaan Saktah dalam Al-Qur'an

Banyak tanda saktah yang tercantum dalam Al-quran. Ada berapa dalam Al-Qur’an? Belum tahu jumlah pasti. Namun, menurut ahli qiraat dalam Syarbini, H.A dan Al-Kautsar, A.M, pada Al-Qur’an ada empat ayat yang saktah. Apa saja 4 contoh waqaf saktah yang ada pada surah-surah dalam Al-qur’an?

Surah Al-Kahfi Ayat 1 dan 2

Cara baca saktah ini, yaitu baca ayat satu hingga lafadz  “‘Iwajaa”  berhenti dan tahan napas 2 harakat atau satu alif. Lalu sambung dengan ayat berikutnya “Qoyyima” dan seterusnya. Agar lebih jelas, perhatikan ayat 1-2 Al-Kahfi berikut

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ  عِوَجًا ۜ (١) قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا  (٢)

Alhamdulillahi lladzi anzala ‘ala ‘abdihil kitaba walam yaj’allahu ‘iwaja (saktah)

qayyimal liyunżira ba`san syadīdam mil ladun-hu wa yubasysyiral-mu`minīnallażīna ya'malụnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā (QS. Al-Kahfi ayat 1-2)

Surah Al-Qiyamah Ayat 27

Contoh sebelumnya pada Al-Kahfi tanda saktah langsung beralih pada ayat selanjutnya. Sedangkan  contoh Al-Qiyamah ini saktah terletak pada tengah-tengah, sehingga harus dibaca semua, tidak boleh berhenti. Adapun lafadz Al-Qiyamah ayat 27, yaitu 

وَقِيْلَ مَنْ ۜرَاقٍۙ

Wa qiila man roq (saktah) (QS. Al-Qiyamah ayat 27)

Jadi, perlu hati-hati pada bacaan tersebut. Jangan salah fokus dengan hukum tajwid idgham bilagunnah, yaitu nun mati bertemu ra’ yang biasanya dengung. Pada ayat ini terdapat tanda saktah. Jadi, ucapkan “Wa qila man” dengan jelas tanpa dengung, serta menahan napas sesaat, lalu lanjut “Rooq.” juga jelas.

Surah Yasin Ayat 52

Salah satu contoh bacaan saktah terdapat pada surah Yasin ayat 52. Cara membacanya ada 2, yaitu yang pertama bisa berlaku saktah apabila washal atau diteruskan. Jadi, dari lafadz “Marqodina” lanjut ke “Hadza.”

Sedangkan, jika Anda memilih waqaf atau berhenti pada “Marqodina” maka tidak perlu saktah. Jadi, tidak perlu menahan napas, dan berhenti saja seperti biasanya. Lebih jelas, begini lafadz Arab dan latin surah Yasin ayat 52,

قَالُوْا يٰوَيْلَنَا مَنْۢ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا ۜهٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Qoluu yaa wailana mammb’atsana mimmar qodina (saktah) Hadza ma wa ‘ada rrohmaanu washadaqol mursaluun (QS. Yasin ayat 52)

Surah Al-Mutaffifin Ayat 14

Keempat, pada surah Al-Mutaffifin ayat 14. Cara membacanya yaitu, saktah berlaku setelah lafadz "Bal", berhenti sesaat lalu "Raana."  Karena ada saktah, membaca huruf lam dan ra' harus jelas, bukan melebur seperti hukum idgham mutaqaribain. Berikut lafadz Arabnya. 

كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Kalla bal  (saktah) rona ‘ala quluubihim mma kanuu yaksibuun (QS. Al-Mutaffifin ayat  14)

Baca juga:

Waqaf Penting Selain Saktah, Washal dan Contohnya

Meskipun terbata-bata dan masih salah, umat muslim boleh membaca Al-Qur’an. Apakah dapat pahala? Ya, masih dapat pahala. Bahkan, bisa dapat 2 pahala, yang pertama karena bacaan Al-Qur’an itu sendiri, dan yang kedua karena kesulitannya. Seperti sabda Rasulullah SAW,

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْمَاهِرُ بِالْقُرآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ (رواه البخاري ومسلموأبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجه)

Dari ‘Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda “Orang yang ahli dalam Al-Qur’an akan bersama dengan para malaikat pencatat mulia lagi benar. Dan orang yang terbata-bata membaca Al-Qur’an dan dia bersusah payah untuk mempelajarinya, maka baginya pahala 2 kali.” (Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)

Ketika membaca Al-Qur’an, Anda tidak hanya menemui waqaf saktah saja. Ada banyak waqaf lain yang memiliki pengertian dan maksud yang berbeda. Dalam satu ayat bisa muncul sekaligus waqaf atau washal. Bagi pemula, mungkin belum hafal dan masih bingung. Kenali beberapa waqaf berikut ini. 

Waqaf Waqfu Ula (قلى)

Waqaf waqfu ula merupakan waqaf yang apabila muncul maka sebaiknya berhenti. Waqaf ini sangat banyak pada Al-Quran. Contoh waqfu ula, yaitu pada surah Al-Mutaffifin ayat 15, surah Al-Fatihah ayat 4-5, surah Ali-Imran ayat 2 dan 4, dan lain sebagainya. Waqaf 1 ini, hampir selalu ada pada tiap ayat. 

Washal Waslu Ula (صلى)

Sama dengan waqfu ula, waqaf ini sangat banyak. Waqaf waslu ula merupakan tanda boleh berhenti atau lanjut. Namun, lebih utama lanjut membaca atau menyambung lafadz selanjutnya. Contoh waqaf ini ada pada surah An-Nisa’ ayat 2 dan 7. 

Waqaf Mu’anaqah

Tanda mu’anaqah seperti tiga titik pada huruf hijaiyah ‘tsa’. Waqaf ini biasanya satu pasang. Jadi, ada dua tanda titik tiga yang berdekatan. Waqaf ini berarti berhenti pada salah satu tanda. Apabila tanda pertama lanjut maka tanda kedua harus berhenti, dan sebaliknya. Contoh pada  Al-Baqarah ayat 2. 

Laa Washal atau Mamnu’

Waqaf Laa Washal ini seperti huruf la (لا).  Ada 2 kategori ketika muncul tanda ini. Jika muncul pada tengah ayat maka wajib terus membaca. Namun, jika pada akhir ayat, Anda boleh berhenti. Contoh, pada surah Al-Fatihah ayat 2 dan 3, Surah Al-'Adiyat ayat 1-5. 

Waqaf Lazim ( م ) dan Mutlaq ( ط )

Apabila Anda menemukan waqaf lazim dan mutlaq maka artinya harus berhenti. 5 contoh waqaf lazim, yaitu Al-Maidah ayat 51, surah Al-An’am ayat 81, surah Al-A’raf ayat 45, At-taubah ayat 16, dan surah maryam  ayat 16.  Contoh mutlaq, yaitu pada surah Al-Mulk ayat 2, 3, 6, 8, dan lain-lain.

Washal Mujawwaz (ز), Murakhas (ص), dan Qila (ق)

Apabila menemui ayat dengan waqaf mujawwaz, murakhas, dan Qila maka boleh berhenti. Namun, Utamanya adalah melanjutkan bacaan. Contoh,  waqaf mujawwaz pada surah An-Najm ayat 24 dan Al-Mulk ayat 1. Murakhas pada surah Al-Mulk ayat 26 dan Al-Qalam ayat 7. Waqaf Qila pada surah  Al-Hajj ayat 17.

Waqaf Jaiz ( ج) dan Washal Kadzalik (ﻙ)

Pada waqaf jaiz Anda boleh melanjutkan atau berhenti. Sementara itu, waqaf kadzalik adalah waqaf yang sama dengan sebelumnya. Jadi, misal ada waqaf jaiz sebelum kadzalik, maka lafadz yang ada kadzalik boleh lanjut atau berhenti. Contoh jaiz, Al-Qariah ayat 2. Waqaf kadzalik pada ayat 282 Al-Baqarah.

Perlukah Memperhatikan Saktah dan waqaf Lainnya?

Pembaca Al-Qur’an perlu memperhatikan saktah dan waqaf lainnya. Bukan hanya memperhatikan, tetapi perlu diterapkan. Memang keterbatasan tidak menghalangi untuk membaca Al-Qur’an. Namun, ketepatan termasuk dalam syarat penting membaca Al-Qur’an. 

Bagi yang belum lancar tetap harus belajar membaca Al-Qur’an termasuk perihal saktah dan waqaf lainnya. Bagi yang sudah lancar tetap harus memperhatikan adanya saktah dan waqaf yang lain. Seringkali karena lancar justru membaca cepat tanpa memperhatikan tanda atau waqaf dengan benar. 

Bacaan Al-Qur’an itu punya makna. Jadi, tidak bisa berhenti pada sembarang lafadz. Sama halnya dengan Bahasa Indonesia yang punya titik koma. Tanda waqaf punya maksud dan tujuan berbeda. Jadi, penting untuk berhenti atau lanjut membaca dengan tepat. 

Secara lengkap, saktah adalah tanda waqaf yang bisa tertulis dengan huruf sin saja (ﺱ) atau ada tulisan   (سكتة ). Tanda menunjukkan harus berhenti sesaat tanpa mengambil napas selama dua harakat. Dan ada niatan untuk melanjutkan bacaan. Baca Al-Qur’an harus benar. Jadi, perhatikan pula waqaf dan washal.

Posting Komentar